Saturday, July 27, 2013

Selamat Jalan Sang Motivator

Ya teman! Memang hari ini adalah hari pertama aku masuk kelas 1 SD. Aku masuk Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20, setalah aku lulus dari TK Aisyiyah 18. Di sekolah baruku nanti, aku berharap akan menemukan banyak teman yang baik, dan aku berharap betah bersekolah disana. Ah.. sudah ya ceritanya, nanti kalau dilanjutkan bisa-bisa blog ini penuh dengan tulisanku saja..hehehehe.
Segera aku turun, mandi, dan sarapan. Setelah itu, aku bergegas berangkat menuju sekolah, aku berangkat menggunakan sepeda motor, dan diantar Abiku. Sesampainya di sana, aku melihat banyak anak berseragam hijau sama sepertiku hilir mudik mencari kelas mereka. Ups. . . mereka masing-masing didampingi orang tua, begitupun aku. Aku dan Abiku juga sibuk mencari kelas pertamaku, yah...dan akhirnya aku menemukan kelasku. Namaku tercantum di kertas yang ditempel pada jendela kelas satu Octopus. Setelah aku menemukan kelasku, aku segera masuk dan duduk rapi di karpet bersama teman-teman baruku. Kami saling berkenalan, bercanda, dan sebagainya. Seminggu ini, masih tidak ada perjalanan, hari ini hanya dibuat acara perkenalan dan mengenal tata cara atau kebiasaan-kebiasaan baru di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 20 dan baru minggu depan pelajaran umum dimulai.

Ketika aku dan teman-temanku saling bercanda sebelum sesi perkenalan dimulai, aku melihat sesosok orang yang tinggi, berkulit coklat, rambutnya keriting, dan kelihatannya beliau murah senyum, rendah hati, bersahaja, dan lucu. Aku semakin penasaran SIAPA DIA?? Aku tidak sabar berkenalan berkenalan dengan orang itu.

Setelah lama menunggu, akhirnya aku berkesempatan untuk berkenalan dengannya, belum aku bicara, ia sudah menyapaku terlibih dahulu "Mbak Sabai ya...namanya" dan aku pun menjawab "Iya.. kalau ustad namanya siapa?", "Nama ustad, Ismadi Retty, disini saya dipanggil Ustad Madi atau Pak Kumis"

Oooh.. teman, ternyata ia adalah salah satu ustadku, ia ustad yang pertama kukenal. Beliau adalah seorang pendongeng nasional sekaligussalah satu dari tim pengembang dan inovatif sekolahku.

Di sini aku juga mendapatkan sahabat baru, namanya Nanda Sekar Agusti, aku biasa memanggilnya Nanda S. Ia anak yang pintar, tinggi, berkulit sawo matang, murah senyum, dan pastinya baik denganku. Selain Ustad Madi, aku juga berkenalan dengan ustad ustadah lainnya, antara lain : Ustadah Indra, Ustadah Tri, Ustadah Muji, Ustad Iir, Ustad Anwar, Ustad huda, dan Ustad ain. Mereka ustad ustadah yang pintar, baik, dan selalu memberikan yang terbaik untuk semua murid-muridnya.

Setelah jarum jam menunjukkan angka 12, aku dan teman-teman baruku, duduk melingkar di karpet. Sedangkan orang tua kami sudah menunggu di depan pintu kelas, dan kami pun pulang. Besok kami kembali bersekolah dan memulai pelajaran.

*._._._._._._._. 4 tahun kemudian ._._._._._._._.*

Hari ini hari Kamis, sepert biasa, tepat jam 06.00 aku bangun. lalu mandi, dan sarapan. Setelah itu aku berangkat sekolah tapi ada yang berbeda dengan pagi ini. Apa ya kira kira. . . . Saat perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba aku terbayang ustad Madi. Aku bingung, tidak biasanya aku begini. Mungkin ini hanya rasa rinduku kepada Ustad Madi. Akupun mencoba berlaku biasa, dan tak lama kemudian aku tiba di sekolah.

Suasana pagi di sekolah hari ini tampak berbeda dengan suasana biasanya, hari ini sekolah terlihat sepi sunyi, dan hanya ada beberapa murid yang datang. "Mbak.. Mbak Sabai" tiba-tiba kudengar seperti ada yang memanggilku. Segera kuarahkankepalaku ke belakang dan ternyata ada Ustad Ain yang memangilku. Beliau adalah salah satu guru Al-Islam di sekolahku, segera aku menghampirinya.

"Ada apa, Ustad ?" tanya penasran.
"Bai, cepat suruh teman-teman ambil wudhu dan naik ke mushola, kita akan melaksanakan sholat ghaib" jawabnya dengan mata yang memerah basah.
"lho.. memangnya siapa yang meninggal ?" tanyaku kaget.
"Bai, ustad madi telah meninggal tadi malam" tuturnya sembari memperlihatkan raut wajahnya yang tidak bisa menahan rasa sedih di hati.

Ternyata kejadian di perjalanan tadi bukan hanya mengingatkanku kepada Ustad Madi, tetapi itu adalah firasat bahwa Ustad Madi telah tiada. Segera kuberlari memberitahu teman-temanku dan melangkahkan kakiku perlahan ke tempat wudhu. Rasa sedih di hati seakan tidak bisa ditahan lagi, sepasang bola mataku pun tak kuasa menahan tangis. Aku selalu menahannya untuk tidak menetes, tapi rasa sedih yang sangat berlebih membuatku tidak bisa menahan butiran air mataku untuk tidak menetes.

Aku seperti kehilangan sosok orang yang sangat berharga, Ustad Ismadi Retty. Ia selalu memotivasi aku untuk selalu menjadi yang lebih baik dan lebih baik lagi, ialah sang inspirator sekaligus mativator untukku dan teman-temanku.

Setelah berwudhu aku bergegas masuk musholla dan memakai mukenahku. Sesudah itu, sholat ghaib dimulai. Shalat ghaib berjalan tertib dan khusyuk. Sesudah shalat ghaib, suasana di musholla terasa hening, riuh rendah suara hafalan terlontar dari mulut ke mulut. Hampir semua pasang mata menangis di mushollah, seakan-akan Allah telah menaburkan benih-benih kesedihan di sekolah kami.

Ustad Ismadi Retty, seorang pendongeng nasional yang murah senyum itu kinu telah tiada, ia telah berpulang menghadap Sang Khaliq, dan meninggalkan kita untuk selamanya, tapi kita semua berusaha ikhlas melepaskan kepergiannya, semoga disana Ustad Madi di terima disisi-Nya, dan ditempatkan diantara orang-orang yang beriman.

Disini, aku hanya bisa mendoakanmu Ustad... Jasamu tak akan kulupakan selamanya, aku bangga prnah menjadi muridmu, bangga menjadi anakmu.... Selamat jalan sang motivator... Selamat jalan guru sahabata anak. . .

Sumber : Buku kenangan kelas 6, karya Sabai Putih Aisyah

No comments:

Post a Comment